Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Derita Muslim Indonesia Di Akhir Zaman

ngaji
Mengaji
Sebagai orang Islam, saya turut prihatin dengan perlakuan aparat densus 88 yang selalu berbuat dzalim terhadap ummat Islam. Seolah-olah Islam itu adalah ajaran teroris, sehingga para penganutnya selalu dibayang-bayangi teror oleh para aparat keamanan.

Kasus terbaru yang terjadi adalah aksi Densus 88 yang melakukan penangkapan terhadap pengasuh pondok pesantren Tahfidzul Qur’an (penghafal Al-Qur’an) secara brutal. Aksi aparat tersebut kian menambah deretan panjang perlakuan dzalim terhadap umat Islam. Belum lama media Islam diblokir secara semena-mena dan tanpa konfirmasi, kini Densus 88 melakukan tindakan keji, memperlakukan ulama Islam seperti layaknya binatang.

Anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Mustofa B Nahrawardaya mengecam tindakan tersebut dan mengatakan, “Belum juga sembuh rasa sakit kelompok Islam atas perlakuan brutal BNPT dan Kominfo yang memblokir Media Islam tanpa kompromi dan tanpa aturan, kini giliran Densus melakukan tindakan keji. Memperlakukan ulama yang belum jelas duduk persoalannya bagaikan hewan,” kata Mustofa melalui rilis yang diterima Panjimas.com, Sabtu (25/4/2015).


Mustofa mengungkapkan, Ustadz Basri ditangkap karena diduga memiliki bendera mirip ISIS. Hal ini menjadi kesan ada phobia hal-hal yang berbau Arab. “Ustadz Basri yang diduga punya bendera “mirip” bendera ISIS, kini hilang. Ada kesan, dalam beberapa tahun terakhir muncul phobia pemerintah terhadap hal-hal berbau Arab. Terbukti, tindakan-tindakan liar terhadap apapun yang berbau Arab, selama ini dilakukan dengan perencanaan dan kesengajaan,” ungkapnya.

Akhir-akhir ini memang ummat Islam selalu menjadi target kedzaliman. Hal ini semakin menegaskan bahwa Islam itu akan kembali asing. sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam dimulai dalam keadaan asing dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka thuuba (beruntunglah) orang-orang yang asing.” (HR Muslim).

Meskipun demikian, sangat beruntung bagi mereka yang diasingkan. Dalam hadits tersebut ada kalimat Thuuba. Thuuba memiliki tafsir yang berbeda-beda, sebagian ulama menafsirkannya dengan nama pohon di surga, sebagian mengatakan ia adalah kebaikan yang banyak, sebagian mengatakan ia adalah surga. Akan tetapi, semua makna tersebut adalah benar. Seorang muslim yang teguh di atas agamanya, berpegang pada tuntunan Nabinya yang suci di saat manusia sudah melupakan tuntunan tersebut, walaupun dia dicela, dihina, di cap teroris, dicap radikal, diasingkan karena melaksanakan agama Allah, maka Dia akan menyiapkan baginya kebaikan yang sangat banyak. Semoga kita semua bisa istiqomah sampai akhir hayat.

Post a Comment for "Derita Muslim Indonesia Di Akhir Zaman"