Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Indahnya Silaturahmi

Keluarga
Ketika mendapatkan rizki berlebih buat apa jika tidak digunakan untuk Silaturahim atau mengunjungi saudara. Taushiah Ustadz bahasa Arab inilah yang memotivasiku untuk berkunjung ke Lampung di mana ketiga kakakku tinggal.
Telah lama kuidam-idamkan untuk pergi ke Lampung. Terakhir aku berkunjung ke sana tahun 2002 saat kakakku menikah. Tak terasa tiga belas tahun sudah. Waktu dan dana memang menjadi kendala. Ada libur tapi tidak ada dana, atau sebaliknya, ada dana tapi tidak ada waktu libur.

Alhamdulillah, liburan semester gasal ini sepertinya Allah menghendaki aku dan keluargaku untuk silaturahim ke Lampung. Di saat menjelang liburan aku mendapatkan rezeki, maka kubulatkan niatku untuk mengunjungi saudara-saudaraku. Satu niatku yaitu silaturahim, bukan sekedar bersenang-senang. Orang tuaku sudah meninggal, begitu juga adik-adik dari bapakku. Tidak ada salahnya menyambung tali silaturahim.

Hari itu Sabtu, 19 Desember 2015. Menjelang waktu Maghrib hujan deras mengguyur bumi. Aku sudah selesai mempersiapkan segala sesuatu untuk bekal perjalanan kami. Tas besar berisi baju ganti kami berlima. Tas ransel berisi beberapa potong baju anak-anak untuk cadangan barangkali kotor atau basah, makanan ringan untuk anak-anak, nasi bungkus dan lauk, keperluan pribadi, P3K, air minum dan tak lupa setremos kopi radix. Dan sebuah kardus berisi makanan khas sekedar untuk oleh-oleh. Kubuat sesimpel mungkin barang bawaan karena aku membawa tiga anak yang masih kecil. Selesai shalat Maghrib kami berangkat menuju pul bis di Sampang. Karena rumah kami di desa dan jauh dari jalan raya, maka kami mencarter mobil keponakan untuk mengantarkan kami ke  sana.

Kurang lebih satu setengah jam menunggu, alhamdulillah, bus yang akan kami akan tumpangi datang juga sekitar pukul sembilan malam. Anak-anak bersorak riang. Tak lama kemudian bus pun kembali meluncur mengantarkan kami menuju pulau Sumatera. Buat saya, entah berapa kali saya pergi ke lampung, tetapi bagi suami dan anak-anak, inilah perjalanan pertama mereka ke luar pulau Jawa. Bahkan siang tadi anak-anak tidak mau tidur siang karena senangnya.

Salah satu tempat yang saya kunjungi adalah rumah kakak sulung. Berbeda dengan dua kakak saya yang tinggal di kota Metro, si kakak sulung tinggal di daerah Rumbia. Daerah ini tidak terlalu ramai dan agak jauh dari perkotaan. Untuk menuju desa tersebut kami harus melewati jalan yang sudah rusak, berlubang dan berawa-rawa. Yang unik, kami melewati kampung orang Bali, sehingga suasananya mirip seperti di pulau Dewata. Banyak pura dan rumbai janur di setiap halaman rumah. Alhamdulillah, jalan desa yang melintas di depan rumah kakak saja sudah beraspal. Listrik pun sudah masuk meski baru sepuluh tahunan.

Penduduk di sini sebagian besar petani. Sepanjang hari mereka bekerja di ladang. Mereka hidup sederhana, meski hasil ladang mereka melimpah ruah dan mampu mencukupi kebutuhan. Ladang singkong, jagung dan karet yang begitu luas menjadi pemandangan yang sangat khas. Sapi adalah binatang ternak yang sangat mudah ditemukan karena hampir setiap keluarga memelihara, setidaknya satu atau beberapa ekor.
Tiga belas hari tak terasa. Rasanya masih ingin tinggal di Lampung lebih lama. Jalan-jalan di ladang karet sungguh sangat mengasyikkan. Berawal dari mendapat arisan, kemudian saya niatkan untuk silaturahim. Subhanallah, Allah memberi kesempatan untuk saya.

Lampung tentu saja bukanlah tempat suci seperti Makkah. Perjalanan saya juga bukan perjalanan ibadah macam umroh atau haji. Namun saya berkesimpulan bahwa ketika kita mempunyai niat (haji atau umroh) dan kita mau menyediakan dananya, maka Allah akan membukakan jalan.

By : Kartika

Post a Comment for "Indahnya Silaturahmi"