Istimewanya Sholawat Nabi
Tahun 2014, kami sekeluarga
menjalankan ibadah umroh. Bulan Mei lumayan padat antrian di Bandara King Abdul
Azis untuk masuk pengecekan visa dan paspor kami. Panik antrian amat panjang.
Saya yang mengendong bayi kami berusia satu tahun sudah mulai setengah
kelelahan.
Melihat antrian yang amat
panjang saya mencari tiang untuk bersandar. Saya teringat kata-kata ustadz
waktu manasik agar membaca sholawat jangan sampai putus selama perjalanan. Ya
Alloh, saya sempat lupa. Sambil menenangkan putri saya, saya bersholawat dan
mengajak anak-anak untuk bersholat, “Baca sholawatnya, baca sholawatnya, biar
hati tenang”.
“Hajjah, Hajjah!” seorang dari
pengurus melambaikan tangannya kepada kami dengan isyarat. Saya angkat tangan
dan beliau mengangguk. Tanpa pikir panjang, saya tarik ke empat anak-anakku dan
mendatanginya. Mereka langsung meminta paspor saya dan mempersilakan kami masuk
tanpa ikut antrian. “Ummi, Ummi!” saya tunjuk ibu saya yang berada dalam antrian
panjang itu. Beliau langsung mengangguk dan saya pun menarik beliau masuk.
Ya Alloh, saya terus
bersholawat, bersukur. Ya Alloh, inikah pertolonganMu.
Kami harus antri lagi dengan
menunggu koper-koper kami. Saya terus bersolawat nabi, berharap Alloh membantu
saya dengan cara nya. Subhanallah, kejadian ajaib kembali lagi. Orang Arab
dengan kereta dorongnya ada di depan saya lengkap dengan koper-koper saya.
Panik, bahagia, dan takut, semua ada karena suami dan ayah saya masih berada di
antrian pengecekan paspor.
“Hajjah, Hajjah! Cek, cek!” beliau seakan bertanya. “Cek apalagi yang kurang?” katanya. “Iyah, iyah, kereta dorong bayi saya,” dengan isarat juga kami mengatakan. Tidak lama orang bandara sudah mengantar kereta dorong anak saya.
“Hajjah, Hajjah! Cek, cek!” beliau seakan bertanya. “Cek apalagi yang kurang?” katanya. “Iyah, iyah, kereta dorong bayi saya,” dengan isarat juga kami mengatakan. Tidak lama orang bandara sudah mengantar kereta dorong anak saya.
Ya Alloh, lemas lututku. Malaikat
kah mereka, tersenyum seakan menyuruh kami minggir sambil menunggu keluarga
laki-laki kami. Begitu kami kumpul dan hendak mengucapkan terima kasih mereka
berdua sudah tidak ada. Ya Alloh, saya bingung. Saya sampaikan ke suami,
“Tidakkah engkau melihat orang yang bersama kami? Mereka yang membantu semua.” Suami
dan ayahku menggeleng Subhanalloh, pertolongan Alloh dan kekuatan sholawat.
Akhirnya, masihkah kita
meragukan kekuatan-Nya? Saya ingat sebuah riwayat Ad Dailami dalam Mushad
Al Firdaus. "Setiap doa adalah terhalang, sehingga bersholawat atas Nabi
saw."
Cerita kiriman dari : Inaya Ibrahim Mahfudz
Post a Comment for "Istimewanya Sholawat Nabi"