Pergi dengan Luka, Cahaya dan Cinta Aku Dapat
Kala senja tiba, langit cerah biru membentang. Bak mawar merekah indah. Kata-katanya selalu mampu lelehkan segala kebekuan yang menyelimuti hati sekian tahun tertutup. Bagai bunga layu di sore hari, tersiram hujan dan segar kembali. Kini bagiku engkau segala-galanya. Laki-laki yang ku kenal di dunia maya. Hanya beberapa chatting, sudah mampu membuatku terbang melayang di istina penuh cinta. Aku yang tomboy, dan trauma akan cinta, seolah menjadi hidup kembali menjadi orang baru yang ceria. Seminggu sudah ku lalui bersama mu, meski hanya lewat suara. Kau memang idaman seluruh wanita, kata-kata mu mampu membuai mabuk kepayang.
“Aku tidak akan mempermainkan wanita, karena aku punya ibu dan kalian wanita sudah sepatutnya di hargai dan dilindungi seperti ibu ku sendiri”
Kalimat pamungkasnya, kala ada curiga yang melanda dan ia mampu mengembalikan kepercayaan ku padanya. Namun entah ada apa gerangan, kala aku sedang libur kerja, saat aku jalan-jalan di pasar Tsan shuipo dan ku tengok whatsaap nya tidak ada foto profilnya. Yang artinya aku telah di blokir oleh dia.’Kenapa? Aku salah apa?’ tanyaku dalam hati. Mata ku memerah, mendung mulai menyelimuti wajah, tak tahan bendungan itupun pecah. Semua teman-teman ku heran, ‘tumben si Putri menangis’ salah satu sahabatku berkata.
Tubuh ini lemas, seakan aku terbang tinggi lalu aku dihempas tanpa alas. Begitu sakit menusuk, tapi aku bisa apa? Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang. Aku coba bertanya padanya via facebook, berjam-jam aku menunggu, namun tidak kunjung dibalas. ‘Oh Tuhan… salah apa aku?’ Kaki ini melangah tiada arah. Sampai jam menunjukkan bila waktunya untuk kembali kerumah majikan di mana aku bekerja. ‘Begitu singkatkah kisah ku?’ banyak pertanyaan yang menderu-deru di otak ku. Hati ini begitu sakit, dada ku terasa sesak seperti terhimpit dan susah untuk ku bernafas. Aku yang labil akhirnya mengambil minuman kaleng yang ada di dalam ranselku. ‘Maafkan aku bu, aku kembali meneguk alkhohol ini’ serambi meminumnya hingga tetes terakhir. Tidak lama kemudian ada pemberitahuan di ponsel ku yang ternyata pesan dari nya via line.
“Maafkan aku, aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena jujur aku masih mencintai mantan pacar ku. Mungkin sikap ku memang salah, dan kamu berhak marah, tapi aku benar-benar tiada maksud menyakiti hatimu. Kini aku kembali baikan lagi dengannya, dan aku tahu dia tulus ingin berubah. Jaga diri mu baik-baik , aku tahu kamu wanita yang kuat.”
Begitulah isi pesan singkatnya , tanpa memberiku kesempatan membalas ia pun memblokir seluruh aplicasi ku. Bisa dibayangkan, betapa remuknya Aku kala itu.
“Oh Tuhan, salah apa aku?”
“Oh Tuhan , kenapa kau ijinkan aku jatuh cinta?”w
“Oh Tuhan, apa ini karma?”
“Oh Tuhan, apa harus sesakit ini mencintai?”
“Oh Tuhan, ambil ingatan ku tentangnya”
Hidup ku terasa tidak ada gunanya, mungkin memang benar kata para pujangga “Hidup tanpa cinta bagaikan taman tidak berbunga”. Namun, meski aku merasa sakit tidak ada sedikitpun rasa ku yang hilang untuk dia, iya dia. Laki-laki yang bernama Catur Novriyadi yang hanya ku kenal lewat dunia maya. Dia adalah pelatih silat, di salah satu organisasi yang dia ikuti. Aku jatuh hati padanya karena aku melihat dia sangat berwibawa. Entah, tanpa sebab aku memilih dia sebagai tambatan hati yang selama ini tidak punya dermaga.
**
Waktu terus berjalan, tanpa tahu apa yang kita rasakan. Waktu tidak akan mengembalikan hati yang sudah hancur. Namun, sedikit demi sedikit aku mampu menetralkan fikiranku yang kosong. Aku kembalikan semua pada Sang Pencipta. Aku yakin, Ia mengambil dan pasti akan memberikan lagi apa yang aku butuhkan. Bukan cinta manusia, tetapi cinta Tuhan selalu ada untuk kita. Dari kejadian ini, Alhamdulilah aku mampu mengendalikan diri dan mampu mengontrol emosi sehingga aku tidak terbakar api yang meluap di hati. Melihat seseorang di taman, kala sore itu, aku ternganga olehnya, dia ternyata sahabat lamaku yang kini berubah menjadi cantik dengan hijab merah beserta gamis kotak-kotak serasi menambah keanggunan yang ada pada dirinya.
Dari dialah aku terinspirasi ingin merubah semuanya.
“Jika kamu dekat dengan Allah dan menjadikan Al-Qur’an obat penawar luka, maka inshaAllah kamu tidak akan merasa sakit hati dan sepi” tutur lembutnya sungguh menenangkan hati ini.
Dikala ada kesempatan libur, aku berjalan menusuri pasar dan mulai melihat-lihat baju busana muslim. Satu persatu aku beli, hampir setiap aku libur aku gunakan untuk belanja baju muslim. Satu bulan lamanya aku pertimbangkan dan akhirnya akupun memutuskan untuk berhijrah mengenakan hijab. Bukan hanya itu
saja, namun aku bertekad untuk mengenakan niqob. Segala konsekuensinya insha Allah aku sanggup menanggungnya, karena aku sadar, perubahan yang akan aku lakukan ini akan menuai kontrofersi dari banyak pihak.
“Bismillahirrohmanirrohim untuk segala-galanya”
Hanya modal itu aku berani, dan pada tanggal 22 Desember 2014 aku untuk pertama kalinya, mengenakan busana dan niqob. Langkahku pasti, aku yakin Allah bersamaku. Pada hari itu aku libur ke Masjid di Wancai Hong Kong untuk pertama kalinya selama 2 tahun di Hong Kong. Banyak pengalaman baru yang ku dapat. Pelajaran baru dan hikmah dari sakit hatiku. Akupun membuat akun facebook baru dan Alhamdulilah ku temukan kedamaian di situ. Banyak teman baru yang meng add facebook ku. Dari berbagai kalangan. Bahkan banyak para Ustad yang datang bertamu ke inbox ku. Ada salah satu nama yang mengaku sebagai penghafal Al-Qur’an , dia bermaksud baik padaku. Tidak hanya satu yang datang bertandang via inbox, banyak yang ingin Ta’aruf denganku. Aku tidak menolak, karena aku benar-benar ingin berubah. Hanya saja, beberapa dari mereka, memaksaku untuk kirim foto dan aku menolaknya.
Aku fikir, bukanlah begitu caranya. Salah seorang ustad datang lagi, dia beda dari yang lain. Sepertinya dia tulus, benar-benar berniat ta’aruf lalu ingin segera mengkhitbah. Aku mengajukan beberapa persyaratan kepadanya, ia pun menyetujuinya tanpa protes. Sempat aku ceritakan hal ini kepada orang tuaku via telfon dan mereka bilang “Jika memang dia serius suruh datang kerumah dan menelfonku.”
Hal ini aku sampaikan padanya, dia menyanggupi. Sejujurnya, aku belum bisa membuka hati lagi, namun aku harus terus melanjutkan hidupku. Bayangannya selalu menghantui pikiran ku. Berlanjut pada dia yang ingin ta’aruf dengan ku. Beberapa hari kemudian, orang tua ku kembali bertanya “Bagaimana dengan laki-laki yang kau bilang tempo hari?, kenapa sampai sekarang tidak juga ada muncul batang hidungnya” tanya ayah seolah mengintrogasiku. Sedikitpun tidak ku jawab. Ada inisiatif untuk kembali bertanya pada dia. Hanya saja laki-laki itu sudah berganti nama ‘Facebook User’ yang artinya, aku diblokir.
**
“Dunia maya, isinya cuman modus”
Status facebook melayang diberanda ku. Sedikit ada rasa kesal pada kaum laki-laki. Semenjak itu, aku tidak percaya siapapun yang ku kenal di dumay. Apalagi mereka yang mengaku-ngaku ustad , haichh- seolah-olah aku mulai alergi. Seperti banyak kuman dan bakteri yang datang di inbox ku. Hari demi hari, semakin banyak yang inbox, namun tidak satupun yang aku balas.
“Waalaikumsalam untuk kalian yang mengulukkan salam di inbox, afwan aku tidak terima inbox dari ikhwan”
Status berikutnya meluncur karena aku mulai gerah dengan laki-laki. Ta’aruf yang di anjurkan dalam agama kita, memang sangat baik. Namun bila tidak ada ujung seperti ini, justru hanya buat harapan palsu seperti bahasa kerennya PHP. Ini sebuah realita, kebanyakan dari mereka hanya ingin mencari sensasi, bahkan banyak ustad palsu di facebook dengan ayat-ayat hasil copas mereka berusaha menarik perhatian. Bahkan ada banyak yang ingin poligami, padahal mereka sudah mempunyai anak dan istri. Tidak hanya satu atau dua yang menginbox ingin berpoligami. Walaupun aku faham hukum poligami sunnah, tapi maaf, aku anti poligami. “Syurga jaminan bagi wanita yang mau berbagi”kata salah satu dari puluhan orang yang inbox, aku hanya tersenyum dan membalas “Jika hanya poligami adalah jalan satu-satunya menuju Syurga-Nya, maka aku memilih masuk neraka.”
Percakapan itu tidak lagi berlanjut, sudah kebal dengan modus yang lalu lalang diberanda ku. Semakin aku tolak banyak laki-laki yang semakin mendekat diinbox ku. Sampai banyak yang aku remove dari pertemanan, dan banyak pula yang tidak aku konfirmasi. Setiap ada yang add aku biarkan, tidak ku tengok sedikitpun.
“Assalamualaikum dek, kenapa fb ku tidak dikonfirmasi?”
Ada yang aneh di sini, ketika ku lihat. Deg, seolah jantung ku berhenti sejenak, darah ku mengalir, mulut ku membisu, mata ku melotot hanya heran, ternyata itu pesan dari laki-laki yang pernah sangat aku cintai. Ku tarik nafas, dan berfikir secara realistis. Menetralkan pikiran dan sikap, lalu ku konfir fbnya. Sering dia datang, ke komenan di status ku, namun aku biarkan. Semua mengalir bagai air. Pasti akan ada muaranya. Entah itu di mana. Kami kembali saling berkomunikasi, namun tidak untuk seperti dulu lagi. Tidak dapat ku pungkiri hati ini utuh masih mencintainya. Dengan aku yang sekarang, aku lebih menjaga diri dan menjaga hati.
“Aku tidak lagi, mau terjerumus oleh syetan atas cinta. Jika engkau jodoh ku, aku yakin kita akan bersatu tanpa pacaran. Aku bulan 7 pulang Indonesia, jika kamu serius maka datanglah ke rumah dan pintalah aku pada orang tua ku” kalimat yang aku kirim untuknya via whatsaap.
“Baiklah, aku akan buktikan keseriusan ku pada mu” balasan darinya singkat.
Roda terus berputar, tiba waktunya aku pulang ke kampung halaman ku. Semua rasa berkecambuk menjadi satu, sedikitpun tidak ada harapan darinya. Karena aku tidak mau kecewa unuk kesekian kalinya. Aku serahkan semuanya pada-Nya. Sesampainya di rumah, orang tua ku menunjukkan sesuatu yang di taruh dalam kamar ku. Sungguh membingungkan, ada apa ini? Tanya ku dalam hati.
“Sehari sebelum kamu datang, ada pemuda yang kemari bersama orang tuanya membawa seserahan lamaran ini kemarin. Karena kami tidak tahu dia siapa, maka kami pun belum memberikan jawaban kepadanya” Kata ayah serambi duduk di sebelahku.
“Lalu, siapa nama pemuda itu?” sambil melihat-lihat apa saja isi seserahan dengan penuh tanda tanya.
Belum sempat ayah menjawab, dan menjelaskan, tiba-tiba ada suara dari luar mengulukkan salam. Suara itu tidak asing ditelinga ku. Semakin jelas, ketika ibu menyuruhnya masuk. Jlep, terkejut aku dibuatnya, ternyata pemuda itu adalah Catur Novriyadi laki-laki yang menjadi muara hati. Serasa mimpi, aku melihatnya.
“Benarkah yang ku lihat?”
“Mimpikah aku?”
“Jika aku mimpi, tolong jangan akhiri mimpi ini”
Semua kisah pasti ada akhirnya, begitu pula perjalan hati untuk mencari tanbatan terakhir untuknya bermuara hingga akhir hayat nanti. Sakit ku membawaku ke cahaya, mengajari ku akan banyaknya penitu cinta, dan percayalah hati tidak akan membohongi diri kita sendiri. Cinta akan menemukan jalannya, jangan terburu-buru karena semua itu tipuan syetan berbalut nafsu. Kami mengingkralkan janji suci di depan penghulu dan para saksi.
by : Putri Hawa
Putri hawa adalah nama penaku, aku kini tinggal di Hong Kong, asli Jember Jawa Timur email. Putrihawa16@gmail.com Fb Putri Hawa, aktif sebagai anggota Flp Hong Kong.
“Aku tidak akan mempermainkan wanita, karena aku punya ibu dan kalian wanita sudah sepatutnya di hargai dan dilindungi seperti ibu ku sendiri”
Kalimat pamungkasnya, kala ada curiga yang melanda dan ia mampu mengembalikan kepercayaan ku padanya. Namun entah ada apa gerangan, kala aku sedang libur kerja, saat aku jalan-jalan di pasar Tsan shuipo dan ku tengok whatsaap nya tidak ada foto profilnya. Yang artinya aku telah di blokir oleh dia.’Kenapa? Aku salah apa?’ tanyaku dalam hati. Mata ku memerah, mendung mulai menyelimuti wajah, tak tahan bendungan itupun pecah. Semua teman-teman ku heran, ‘tumben si Putri menangis’ salah satu sahabatku berkata.
Tubuh ini lemas, seakan aku terbang tinggi lalu aku dihempas tanpa alas. Begitu sakit menusuk, tapi aku bisa apa? Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang. Aku coba bertanya padanya via facebook, berjam-jam aku menunggu, namun tidak kunjung dibalas. ‘Oh Tuhan… salah apa aku?’ Kaki ini melangah tiada arah. Sampai jam menunjukkan bila waktunya untuk kembali kerumah majikan di mana aku bekerja. ‘Begitu singkatkah kisah ku?’ banyak pertanyaan yang menderu-deru di otak ku. Hati ini begitu sakit, dada ku terasa sesak seperti terhimpit dan susah untuk ku bernafas. Aku yang labil akhirnya mengambil minuman kaleng yang ada di dalam ranselku. ‘Maafkan aku bu, aku kembali meneguk alkhohol ini’ serambi meminumnya hingga tetes terakhir. Tidak lama kemudian ada pemberitahuan di ponsel ku yang ternyata pesan dari nya via line.
“Maafkan aku, aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena jujur aku masih mencintai mantan pacar ku. Mungkin sikap ku memang salah, dan kamu berhak marah, tapi aku benar-benar tiada maksud menyakiti hatimu. Kini aku kembali baikan lagi dengannya, dan aku tahu dia tulus ingin berubah. Jaga diri mu baik-baik , aku tahu kamu wanita yang kuat.”
Begitulah isi pesan singkatnya , tanpa memberiku kesempatan membalas ia pun memblokir seluruh aplicasi ku. Bisa dibayangkan, betapa remuknya Aku kala itu.
“Oh Tuhan, salah apa aku?”
“Oh Tuhan , kenapa kau ijinkan aku jatuh cinta?”w
“Oh Tuhan, apa ini karma?”
“Oh Tuhan, apa harus sesakit ini mencintai?”
“Oh Tuhan, ambil ingatan ku tentangnya”
Hidup ku terasa tidak ada gunanya, mungkin memang benar kata para pujangga “Hidup tanpa cinta bagaikan taman tidak berbunga”. Namun, meski aku merasa sakit tidak ada sedikitpun rasa ku yang hilang untuk dia, iya dia. Laki-laki yang bernama Catur Novriyadi yang hanya ku kenal lewat dunia maya. Dia adalah pelatih silat, di salah satu organisasi yang dia ikuti. Aku jatuh hati padanya karena aku melihat dia sangat berwibawa. Entah, tanpa sebab aku memilih dia sebagai tambatan hati yang selama ini tidak punya dermaga.
**
Waktu terus berjalan, tanpa tahu apa yang kita rasakan. Waktu tidak akan mengembalikan hati yang sudah hancur. Namun, sedikit demi sedikit aku mampu menetralkan fikiranku yang kosong. Aku kembalikan semua pada Sang Pencipta. Aku yakin, Ia mengambil dan pasti akan memberikan lagi apa yang aku butuhkan. Bukan cinta manusia, tetapi cinta Tuhan selalu ada untuk kita. Dari kejadian ini, Alhamdulilah aku mampu mengendalikan diri dan mampu mengontrol emosi sehingga aku tidak terbakar api yang meluap di hati. Melihat seseorang di taman, kala sore itu, aku ternganga olehnya, dia ternyata sahabat lamaku yang kini berubah menjadi cantik dengan hijab merah beserta gamis kotak-kotak serasi menambah keanggunan yang ada pada dirinya.
Dari dialah aku terinspirasi ingin merubah semuanya.
“Jika kamu dekat dengan Allah dan menjadikan Al-Qur’an obat penawar luka, maka inshaAllah kamu tidak akan merasa sakit hati dan sepi” tutur lembutnya sungguh menenangkan hati ini.
Dikala ada kesempatan libur, aku berjalan menusuri pasar dan mulai melihat-lihat baju busana muslim. Satu persatu aku beli, hampir setiap aku libur aku gunakan untuk belanja baju muslim. Satu bulan lamanya aku pertimbangkan dan akhirnya akupun memutuskan untuk berhijrah mengenakan hijab. Bukan hanya itu
saja, namun aku bertekad untuk mengenakan niqob. Segala konsekuensinya insha Allah aku sanggup menanggungnya, karena aku sadar, perubahan yang akan aku lakukan ini akan menuai kontrofersi dari banyak pihak.
“Bismillahirrohmanirrohim untuk segala-galanya”
Hanya modal itu aku berani, dan pada tanggal 22 Desember 2014 aku untuk pertama kalinya, mengenakan busana dan niqob. Langkahku pasti, aku yakin Allah bersamaku. Pada hari itu aku libur ke Masjid di Wancai Hong Kong untuk pertama kalinya selama 2 tahun di Hong Kong. Banyak pengalaman baru yang ku dapat. Pelajaran baru dan hikmah dari sakit hatiku. Akupun membuat akun facebook baru dan Alhamdulilah ku temukan kedamaian di situ. Banyak teman baru yang meng add facebook ku. Dari berbagai kalangan. Bahkan banyak para Ustad yang datang bertamu ke inbox ku. Ada salah satu nama yang mengaku sebagai penghafal Al-Qur’an , dia bermaksud baik padaku. Tidak hanya satu yang datang bertandang via inbox, banyak yang ingin Ta’aruf denganku. Aku tidak menolak, karena aku benar-benar ingin berubah. Hanya saja, beberapa dari mereka, memaksaku untuk kirim foto dan aku menolaknya.
Aku fikir, bukanlah begitu caranya. Salah seorang ustad datang lagi, dia beda dari yang lain. Sepertinya dia tulus, benar-benar berniat ta’aruf lalu ingin segera mengkhitbah. Aku mengajukan beberapa persyaratan kepadanya, ia pun menyetujuinya tanpa protes. Sempat aku ceritakan hal ini kepada orang tuaku via telfon dan mereka bilang “Jika memang dia serius suruh datang kerumah dan menelfonku.”
Hal ini aku sampaikan padanya, dia menyanggupi. Sejujurnya, aku belum bisa membuka hati lagi, namun aku harus terus melanjutkan hidupku. Bayangannya selalu menghantui pikiran ku. Berlanjut pada dia yang ingin ta’aruf dengan ku. Beberapa hari kemudian, orang tua ku kembali bertanya “Bagaimana dengan laki-laki yang kau bilang tempo hari?, kenapa sampai sekarang tidak juga ada muncul batang hidungnya” tanya ayah seolah mengintrogasiku. Sedikitpun tidak ku jawab. Ada inisiatif untuk kembali bertanya pada dia. Hanya saja laki-laki itu sudah berganti nama ‘Facebook User’ yang artinya, aku diblokir.
**
“Dunia maya, isinya cuman modus”
Status facebook melayang diberanda ku. Sedikit ada rasa kesal pada kaum laki-laki. Semenjak itu, aku tidak percaya siapapun yang ku kenal di dumay. Apalagi mereka yang mengaku-ngaku ustad , haichh- seolah-olah aku mulai alergi. Seperti banyak kuman dan bakteri yang datang di inbox ku. Hari demi hari, semakin banyak yang inbox, namun tidak satupun yang aku balas.
“Waalaikumsalam untuk kalian yang mengulukkan salam di inbox, afwan aku tidak terima inbox dari ikhwan”
Status berikutnya meluncur karena aku mulai gerah dengan laki-laki. Ta’aruf yang di anjurkan dalam agama kita, memang sangat baik. Namun bila tidak ada ujung seperti ini, justru hanya buat harapan palsu seperti bahasa kerennya PHP. Ini sebuah realita, kebanyakan dari mereka hanya ingin mencari sensasi, bahkan banyak ustad palsu di facebook dengan ayat-ayat hasil copas mereka berusaha menarik perhatian. Bahkan ada banyak yang ingin poligami, padahal mereka sudah mempunyai anak dan istri. Tidak hanya satu atau dua yang menginbox ingin berpoligami. Walaupun aku faham hukum poligami sunnah, tapi maaf, aku anti poligami. “Syurga jaminan bagi wanita yang mau berbagi”kata salah satu dari puluhan orang yang inbox, aku hanya tersenyum dan membalas “Jika hanya poligami adalah jalan satu-satunya menuju Syurga-Nya, maka aku memilih masuk neraka.”
Percakapan itu tidak lagi berlanjut, sudah kebal dengan modus yang lalu lalang diberanda ku. Semakin aku tolak banyak laki-laki yang semakin mendekat diinbox ku. Sampai banyak yang aku remove dari pertemanan, dan banyak pula yang tidak aku konfirmasi. Setiap ada yang add aku biarkan, tidak ku tengok sedikitpun.
“Assalamualaikum dek, kenapa fb ku tidak dikonfirmasi?”
Ada yang aneh di sini, ketika ku lihat. Deg, seolah jantung ku berhenti sejenak, darah ku mengalir, mulut ku membisu, mata ku melotot hanya heran, ternyata itu pesan dari laki-laki yang pernah sangat aku cintai. Ku tarik nafas, dan berfikir secara realistis. Menetralkan pikiran dan sikap, lalu ku konfir fbnya. Sering dia datang, ke komenan di status ku, namun aku biarkan. Semua mengalir bagai air. Pasti akan ada muaranya. Entah itu di mana. Kami kembali saling berkomunikasi, namun tidak untuk seperti dulu lagi. Tidak dapat ku pungkiri hati ini utuh masih mencintainya. Dengan aku yang sekarang, aku lebih menjaga diri dan menjaga hati.
“Aku tidak lagi, mau terjerumus oleh syetan atas cinta. Jika engkau jodoh ku, aku yakin kita akan bersatu tanpa pacaran. Aku bulan 7 pulang Indonesia, jika kamu serius maka datanglah ke rumah dan pintalah aku pada orang tua ku” kalimat yang aku kirim untuknya via whatsaap.
“Baiklah, aku akan buktikan keseriusan ku pada mu” balasan darinya singkat.
Roda terus berputar, tiba waktunya aku pulang ke kampung halaman ku. Semua rasa berkecambuk menjadi satu, sedikitpun tidak ada harapan darinya. Karena aku tidak mau kecewa unuk kesekian kalinya. Aku serahkan semuanya pada-Nya. Sesampainya di rumah, orang tua ku menunjukkan sesuatu yang di taruh dalam kamar ku. Sungguh membingungkan, ada apa ini? Tanya ku dalam hati.
“Sehari sebelum kamu datang, ada pemuda yang kemari bersama orang tuanya membawa seserahan lamaran ini kemarin. Karena kami tidak tahu dia siapa, maka kami pun belum memberikan jawaban kepadanya” Kata ayah serambi duduk di sebelahku.
“Lalu, siapa nama pemuda itu?” sambil melihat-lihat apa saja isi seserahan dengan penuh tanda tanya.
Belum sempat ayah menjawab, dan menjelaskan, tiba-tiba ada suara dari luar mengulukkan salam. Suara itu tidak asing ditelinga ku. Semakin jelas, ketika ibu menyuruhnya masuk. Jlep, terkejut aku dibuatnya, ternyata pemuda itu adalah Catur Novriyadi laki-laki yang menjadi muara hati. Serasa mimpi, aku melihatnya.
“Benarkah yang ku lihat?”
“Mimpikah aku?”
“Jika aku mimpi, tolong jangan akhiri mimpi ini”
Semua kisah pasti ada akhirnya, begitu pula perjalan hati untuk mencari tanbatan terakhir untuknya bermuara hingga akhir hayat nanti. Sakit ku membawaku ke cahaya, mengajari ku akan banyaknya penitu cinta, dan percayalah hati tidak akan membohongi diri kita sendiri. Cinta akan menemukan jalannya, jangan terburu-buru karena semua itu tipuan syetan berbalut nafsu. Kami mengingkralkan janji suci di depan penghulu dan para saksi.
S.E.L.E.S.A.I
by : Putri Hawa
Putri hawa adalah nama penaku, aku kini tinggal di Hong Kong, asli Jember Jawa Timur email. Putrihawa16@gmail.com Fb Putri Hawa, aktif sebagai anggota Flp Hong Kong.
Ya Allah ukhty...50% kisah qt sm.hanya sy dan dy blm bersma kembali...terimakasih atas kisah nya..so inspiring
ReplyDelete